-->

ASAL USUL PENAMAAN DESA KOMALASA


ASAL USUL PENAMAAN DESA KOMALASA

Mengenai penamaan desa “Komalasa” seorang Kyai H. Bazzi, Dusun Dukoh, Desa Sungai Rujing sangat tertarik. Beliau menuturkan pengalamannya sebagai berikut:

Ketika KH Bazzi masihmempunyai dua orang istri, beliau merantau jauh ke Aljazair, Afrika Selatan. Disana beliau mendengar dan menemukan sebuah kata yang persis dengan sebuah desa di pulau Bawean. Kata yangbeliau temukan adalah kata KOMALASA. Karena ada kesamaan tulisan dan ucapan antara Aljazair dan di Bawean itu, beliau tertarik untuk mencari maknanya disana; ternyata Komalasa itu berarti bersinar.

Mungkin tidak keliru jika Majalah TEMPO (19 Juli 1986) meliput kehidupan Rusa Bawean, dan memuatnya di kolom selingan dengan judul “Pancaran Sinar Bawean”. Memang Bawean semakin terkenal setelah koran-koran dan TVRI menceritakan pak Khatib Zein (asala Pudakit Barat) yang dapat mempertahankan dan melipatgandakan populasi Rusa Bawean, sehingga beliau dipanggil oleh presiden Soeharto ke istana negara untuk menerima Kalpataru, yakni ganjaran pemerintah untuk rakyatnya yang melestarikan lingkungan hidup. Nah, di desa Komalasa inilah juga termasuk tempat hidup rusa-rusa berbulu bagus itu yang membuat Bawean lebih ‘bersinar’ lagi.

Alkisah, di bawah-bawah atap rumah orang desa Komalasa, sampai kin, masih terlalu terdengar dongeng pengantar tidur tentang sejarah nama Komalasa.”semua orang tua disini, pasti lancar bercerita tentang asal usul nama Komalasa,” kata pak Musa memulai kisahnya.

Komalasa berasal dari “Komala”. KOMALA itu adalah benda bulat memancarkan sinar. Dulu, kata pak Musa selanjutnya, komalas-komalaitu selalu muncul di malam hari ketika sinar bulan tidak tampak. Benda itu terdiri atas tiga buah, dan ketiganya tidak sama besarnya. Yang paling besar seukuran kepala kucing dewasa dan yang terkecil seukuran bola tenis.

Pada malam-malam gelap dan malam yang tidak menentu, ketiga “Komala” itu selalu datang terbang rendah beriring-iringan dan memancarkan cahaya yang indah berkilauan. Biasanya yang mengelilingi rumah KH Mursyidi (mertua bapak Musa Nawawi). Seakan komala-komala itu memberi isyarat bahwa di dalam rumah tersebut terdapat barang-barang pusaka peninggalan Jujuk Campa. Komala-komala itu yang selalu beterbangan bagi kunang-kunang raksasa-raksasa. Dan pak Musa sendiri pernah sekali melihatnya di sebuah malam bersama beberapa orang.

Jika orang Komalasa yang pulang kampung karena lama di rantau misalnya, biasanya sering bertanya: “Ghik Bede Komalana?” (maksudnya, kan sudah tidak sesering pada masa-masa lalu. Tapi barang-barang pusaka yang ada di dalamnya masih utuh dan tidak pernah dipindah-pindah, dan tidak diizinkan untuk pindah-pindah, dan tidak diizinkan untuk dipindah oleh warisna. Pusaka itu antara lain keris, bejana (serung tenong) dan “skedup”.

Nah karena Komala atau benda berkilau itu ada tiga buah, dalam bahasa Arab “tiga” sama dengan “tsalasa” yang berarti “tiga buah benda bersinar”. Kemudian untuk memudahkan pengucapan, diringkas menjadi KOMALASA.

Itulah sebuah cerita rakyat yang masih beredar disana. Memang, di dalam kamus umum bahasa Indonesia, entri “KOMALA” tidak ditemui,yang ada hanya “KEMALA” yang uraiannya adalah batu yang indah dan bercahaya, banyak khasiatnya dan mengandung kesaktian.

Desa Komalasa. Mempunyai pantai yang indah dengan pelabuhan alam yang luas dan masih perawan. Banyak perahu dan kapal berlabuh disana. Baik pada masa dulu atau masa sekarang. Apalagi jika musim angin timur, sangat aman dan nyaman berlabuh disana karena terlindungi oleh Tanjung Geeng. Karena itulah sebagian orang mengait-ngaitkan tentang mula-mula nama “Komalasa”. Bahwa “Komalasa” berasal dari dua kata bahasa Arab, yaitu “Kama” artinya “seperti” dan “layan” artinya “tidak ada”. Digabung”Komalasa” yang maknanya “tidak ada seperti itu” atau “”tidak ada bandingnya keindahan pantai di desa itu”. Memang pelabuhan tersebut sangat memungkinkan untuk tempat berlabuh kapal-kapal besar atau perahu dagang, perahu ikan dan “jhukong” karena pelabuhan itu diapit oleh Tanjung Cheen atau Tanjung Putri.

Berdasarkan informasi dari bapak Tabrani dan bapak Nasrullah, keduanya sebagai guru asal Komalasa bahwa di pelabuhan Desa Komalasa inilah tempat kali pertama berlabuhnya "orang-orang sakti" yang dikemudian hari menghiasi sejarah peradaban dan kebudayaan pulau Bawean. Mereka pernah mendarat atau terus menetap disana antara lain; Embah subu, Pangeran Ubaidilla (Embah Baibod dari Sulawesi), Jujuk Campa dan Embah Putri (Kedunya dari Campa, Camboja). Pangeran Panembahan (Majdi Bairatsu, dari Gresik), Waliyah Zaenab (istri kedua Sunan Giri, Gresik), dan Maulana Umar Mas'ud dari Campa, Palembang, Sumatera.

Sehingga Komalasa merupakan desa yang kaya akan sejarah Pulau Bawean. Semoga warga Komalasa mampu melestarikan Sejarah yang ada disana

Terus ikuti artikle-artikle selanjutnya. Silahkan share jika bermanfaat. Silahkan tinggalkan koment demi perbaikan 😂

Salam Niteluzz

2 Responses to "ASAL USUL PENAMAAN DESA KOMALASA"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel